Sabtu, 21 Maret 2009

Pengujian Substantif atas Persediaan,Utang Usaha, Aktiva Tetap, Aktiva Tidak berwujud

Pengujian Substantif Persediaan

Pengujian Substantif atas Persediaan

Akun persediaan merupakan akun yang kompleks dan memerlukan pengendalian yang kuat dengan beberapa alasan. Pertama, persediaan adalah salah satu bagian utama dalam neraca dan seringkali merupakan perkiraan yang terbesar yang melibatkan modal kerja. Kemudian, persediaan seringkali pula tersebar di beberapa lokasi yang menyulitkan penghitungan dan pengendaliaan fisik. Penilaian pun dipersulit oleh faktor keusangan dan perlunya mengalokasikan biaya manufaktur ke dalam persediaan. 


Persediaan bagi perusahaan manufaktur merupakan item yang sangat materiil karena sebagian besar modal kerjanya digunakan untuk memenuhi persediaan. Sehingga pada akun persediaan memerlukan pengendalian internal yang baik. Seperti pada saat negara kita tertimpa musibah kebanjiran, bisa saja perusahaan mengalami kerugian yang sangat besar karena perusahaan tidak bisa mengantisipasinya. Ketepatan pengantisipasian atas kerugian material yang mungkin ditimbulkan oleh musibah banjir atau hal lain yang bisa diprediksi memungkinkan perusahaan untuk tidak mengalami kerugian yang sangat besar. Apalagi bagi perusahaan yang memiliki gudang persediaan di berbagai tempat dan memiliki persediaan yang merupakan barang konsinyasi dalam gudang penyimpanannya. 

Selain itu dengan tersebarnya persediaan pada berbagai tempat memungkinkan terjadinya penggelapan persediaan, jika pengendalian internal yang dimiliki perusahaan tidak bisa mencegahnya. 
Mengingat besarnya risiko yang dapat muncul dalam sistem persediaan, perusahaan-perusahaan berusaha merancang pengendalian internal yang efektif di dalam sistem persediaannya. 

Pengendalian internal yang tercipta dalam perusahaan sangat penting bagi perusahaan yang laporan keuangannya harus diaudit oleh akuntan publik, pengendalian internal ini selain dapat mempengaruhi keandalan informasi juga akan mempengaruhi luasnya lingkup pengujian yang akan dilakukan oleh akuntan publik khususnya pengujian substantif yang sangat tergantung pada pengendalian internal yang didesain dan diterapkan oleh klien. Selain itu sistem pengendalian internal yang efektif akan sangat mempengaruhi risiko pengendalian yang ditetapkan oleh auditor dalam mengaudit laporan keuangan klien dan banyaknya bukti yang harus dikumpulkan serta prosedur pengujian substantif atas saldo persediaan klien. 
Dalam melakukan audit atas suatu laporan keuangan terdapat risiko yang akan ditemukan oleh auditor. Risiko yang ada antara lain risiko bawaan (inherent risk), risiko pengendalian (control risk), risiko temuan yang direncanakan (planned detection risk), dan risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk). 

Risiko pengendalian baru dapat ditentukan jika auditor mempunyai pemahaman yang cukup atas sistem pengendalian internal klien. Risiko ini ditentukan untuk memberikan pedoman pada auditor atas efektivitas sistem pengendalian internal itu sendiri. Karena seperti yang kita ketahui sistem pengendalian internal yang efektif akan mempengaruhi laporan keuangan yang akan diperiksa. 
Sedemikian kompleksnya sistem persediaan membuat auditor harus paham atas sistem pengendalian internal yang diterapkan klien sehingga dalam menetapkan risiko pengendalian dapat secermat mungkin. Hal ini akan berpengaruh pada jenis pengujian yang akan dilaksanakan oleh auditor. 

Pengujian Substantif atas Utang Usaha


Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik aktiva lancar, yang berdampak terhadap pengujian substantif atas utang lancar. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatanya. Di lain pihak, dalam menyajikan utang lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan utang tersebut lebih rendah dari jumlah yang senyatanya. Kecenderungan ini didorong oleh keinginan klien untuk menyajikan gambaran modal kerja perusahaan yang lebih baik.


Oleh karena itu, pengujian substantif atas utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya (understatement utang lancar), sedangkan pengujian substantif atas aktiva lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya (overstatement aktiva lancar).
Dalam menyajikan aktiva lancar klien menghadapi masalah penilaian unsur-unsur aktiva lancar per tanggal neraca. Di lain pihak, dalam penyajian utang lancar, klien tidak menghadapi masalah penentuan nilai utang lancar tersebut pada tanggal neraca. Dalam pengujian substantif atas aktiva lancar, auditor menghadapi masalah penentuan kewajaran nilai aktiva lancar yang dicantumkan di neraca. Di lain pihak, dalam pengujian substantif atas utang lancar, auditor menghadapi fakta; menghadapi data historis mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa yang lalu, yang dalam jangka pendek harus dilunasi. Oleh karena itu, pengujian substantif atas utang lancar memerlukan waktu yang relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan pengujian substantif atas aktiva lancar. Utang usaha merupakan komponen terbesar utang lancar. Oleh karena itu, pengujian substantif auditor dalam kegiatan belajar ini ini lebih difokuskan ke pengujian substantif atas utang usaha.
Pengujian substantif atas utang usaha ditujukan untuk memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca, membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca. Untuk mencapai tujuan audit tersebut auditor seharus dapat menempuh berbagai prosedur audit
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan catatan akuntansi utang usaha yang diselenggarakan oleh klien, dengan cara mengusut saldo utang usaha yang dicantumkan di neraca ke dalam akun utang usaha yang diselenggarakan di dalam buku besar, membuktikan ketelitian penghitungan saldo akun utang usaha di dalam buku besar, dan membuktikan sumber pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha di dalam buku besar ke dalam register bukti kas keluar dan jurnal penerimaan kas.
Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio, yaitu tingkat perputaran utang usaha, ratio utang usaha dengan utang lancar, kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan. Di samping itu, dalam prosedur analitik, auditor membandingkan akun biaya dengan akun biaya yang sama tahun lalu atau biaya yang dianggarkan untuk mendapatkan indikasi kemungkinan adanya understatement utang lancar. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan, yaitu (1) peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, (2) perubahan akuntansi, (3) perubahan usaha, (4) fluktuasi acak atau (5) salah saji.
Dalam pengujian atas akun rinci, auditor melaksanakan prosedur audit berikut ini: (1) memeriksa sampel transaksi utang usaha yang tercatat ke dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha, (2) melakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi pembelian dan transaksi pengeluaran kas, (3) melakukan pencarian utang yang belum dicatat.
Dalam pengujian atas akun rinci, auditor menempuh prosedur audit berikut ini (1) melakukan konfirmasi utang, dan (2) melakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari kreditor
Dalam memverifikasi penyajian dan pengungkapan utang jangka panjang di neraca, auditor membandingkan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum. Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor dengan cara, antara lain (1) memeriksa klasifikasi utang usaha di neraca, (2) memeriksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha, (3) memeriksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang nonusaha, (4) meminta informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum diungkapkan dan utang bersyarat dan memeriksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang tersebut.

Pengujian Substantif atas Aktiva Tetap

Aktiva tetap memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik aktiva lancar, yang berdampak terhadap pengujian substantif atas aktiva tetap. Frekuensi transaksi yang menyangkut aktiva tetap relatif sedikit maka jumlah waktu yang dikonsumsi untuk pengujian substantif atas aktiva tetap relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk pengujian substantif atas aktiva lancar. Karena ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan rugi-laba maka auditor tidak mengarahkan perhatiannya terhadap masalah ketelitian pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap pada akhir tahun. Pengujian substantif atas aktiva tetap dititikberatkan pada verifikasi mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit. Verifikasi saldo aktiva tetap pada tanggal neraca tidak mendapat perhatian auditor karena aktiva tetap disajikan pada costnya, bukan nilainya pada tanggal neraca seperti halnya dengan aktiva lancar.
Jika laporan keuangan klien belum pernah diaudit oleh auditor independen lain, dan audit yang sekarang ini merupakan audit yang pertama kalinya maka auditor mempunyai kewajiban untuk memverifikasi saldo awal aktiva tetap, untuk memperoleh keyakinan mengenai kewajaran saldo tersebut. Verifikasi tersebut dilakukan oleh auditor meliputi periode sejak saat aktiva tetap tersebut diperoleh sampai dengan awal tahun yang diaudit. Jika laporan keuangan klien tahun sebelumnya telah diaudit oleh auditor independen lain, dan jika laporan keuangan klien diberi pendapat wajar tanpa pengecualian dari auditor independen sebelumnya, auditor yang baru dapat langsung menggunakan saldo awal aktiva tetap sebagai saldo awal yang wajar. Bagi auditor yang baru tersebut, titik berat pengujian substantifnya atas aktiva tetap, kemudian hanya dipusatkan pada transaksi mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit saja.
Pengujian substantif atas aktiva tetap ditujukan untuk (1) memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan aktiva tetap, (2) membuktikan keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap yang dicantumkan di neraca, (2) membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan di neraca, (3) membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang dicantumkan di neraca, (4) membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca.
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan saldo aktiva tetap dengan cara membuktikan apakah aktiva tetap yang dicantumkan di dalam neraca didukung dengan catatan akuntansi yang diselenggarakan dengan mekanisme akuntansi yang dapat dipercaya. Untuk itu auditor mengusut saldo aktiva tetap yang dicantumkan di neraca ke di dalam akun aktiva tetap yang diselenggarakan di dalam buku besar, membuktikan ketelitian penghitungan saldo akun aktiva tetap di dalam buku besar, mengusut saldo awal akun Aktiva Tetap ke kertas kerja tahun yang lalu, membuktikan sumber pendebitan dan pengkreditan akun aktiva tetap di dalam buku besar ke dalam register bukti kas keluar dan jurnal umum, dan membuktikan ketelitian catatan aktiva tetap dengan cara melakukan rekonsiliasi akun kontrol aktiva tetap di dalam buku besar dengan buku pembantu aktiva tetap.
Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio: tingkat perputaran aktiva tetap, ratio laba bersih dengan aktiva tetap, ratio aktiva tetap dengan modal saham, ratio biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva tetap, kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengung-kapkan: (1) peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, (2) perubahan akuntansi, (3) perubahan usaha, (4) fluktuasi acak, atau (5) salah saji.
Dalam pengujian transaksi rinci, auditor memeriksa bukti pendukung pencatatan transaksi penambahan dan pengurangan aktiva tetap dan review terhadap akun Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap. Verifikasi keberadaan aktiva tetap yang ada di tangan klien pada tanggal neraca dilakukan oleh auditor dengan cara menginspeksi tambahan aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan mengusut pencatatan tambahan aktiva tetap tersebut ke dalam buku pembantu aktiva tetap. Meskipun tidak sepenting verifikasi pisah batas transaksi aktiva lancar, verifikasi pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap dilakukan oleh auditor dengan cara memeriksa transaksi mutasi aktiva tetap dalam beberapa hari menjelang dan setelah tanggal neraca. Tujuan audit ini adalah untuk menemukan transaksi mutasi aktiva tetap yang seharusnya dicatat dalam tahun yang diaudit oleh klien salah dicatat dalam tahun sesudahnya atau mutasi aktiva tetap yang seharusnya dicatat dalam tahun sesudahnya oleh klien salah dicatat dalam tahun yang diaudit.
Dalam pengujian atas akun rinci, auditor melakukan inspeksi terhadap aktiva tetap, memeriksa bukti hak kepemilikan aktiva tetap dan kontrak, dan melakukan review terhadap perhitungan depresiasi. Verifikasi kepemilikan aktiva tetap dilakukan oleh auditor dengan memeriksa dokumen yang mendukung pemerolehan tambahan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit, melakukan inspeksi polis asuransi aktiva tetap, memeriksa dokumen yang bersangkutan dengan persewaan atau kontrak leasing aktiva tetap. Dalam memverifikasi kepemilikan aktiva tetap auditor juga meminta informasi dari klien mengenai aktiva tetap yang dijaminkan dalam penarikan utang jangka panjang. Informasi ini bermanfaat bagi auditor untuk memberikan pengungkapan (disclosure) mengenai kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.
Dalam memverifikasi penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca, auditor membandingkan penyajian aktiva tetap di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum. Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor dengan memeriksa klasifikasi aktiva tetap di neraca dan memeriksa kecukupan pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap. Aktiva tetap disajikan di dalam neraca pada nilai buku yang merupakan selisih cost aktiva tetap dengan depresiasi akumulasiannya. Cost aktiva tetap dipengaruhi oleh harga pemerolehan tambahan aktiva tetap, pengeluaran modal (capital expenditure), revaluasi, penghentian pemakaian dan penjualan aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit. Depresiasi Akumulasian aktiva tetap dipengaruhi oleh transaksi mutasi aktiva tetap dan perhitungan biaya depresiasi dalam tahun yang diaudit. Untuk memverifikasi penilaian aktiva tetap auditor melakukan verifikasi terhadap dokumen yang mendukung penambahan dan pengurangan cost aktiva tetap dalam tahun yang diaudit dan memverifikasi penentuan biaya depresiasi aktiva tetap.

Pengujian Substantif atas Aktiva Tidak Berwujud

Pengujian substantif atas aktiva tidak berwujud ditujukan untuk: (1) memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan aktiva tidak berwujud, (2) membuktikan keberadaan aktiva tidak berwujud dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca, (3) membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca, (4) membuktikan kewajaran penilaian aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca, (5) membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di neraca. Untuk mencapai tujuan audit tersebut auditor menempuh berbagai prosedur audit atas aktiva tidak berwujud melalui berbagai prosedur audit seperti yang tercantum pada Gambar 6.2.
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan saldo aktiva tidak berwujud dengan cara membuktikan apakah aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang diselenggarakan dengan mekanisme akuntansi yang dapat dipercaya. Untuk itu auditor mengusut saldo aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca ke di dalam akun aktiva tidak berwujud yang diselenggarakan di dalam buku besar, membuktikan ketelitian penghitungan saldo akun Aktiva Tidak Berwujud di dalam buku besar, mengusut saldo awal akun Aktiva Tidak Berwujud dan Akumulasi Amortisasi ke kertas kerja tahun yang lalu, membuktikan sumber pendebitan dan pengkreditan akun aktiva tidak berwujud di dalam buku besar ke dalam register bukti kas keluar dan jurnal umum.
Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio, yaitu tingkat perputaran aktiva tidak berwujud, ratio laba bersih dengan aktiva tidak berwujud, ratio aktiva tidak berwujud dengan total aktiva, kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan (1) peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, (2) perubahan akuntansi, (3) perubahan usaha, (4) fluktuasi acak atau (5) salah saji.
Dalam pengujian transaksi rinci, auditor memeriksa bukti pendukung pencatatan transaksi pemerolehan dan amortisasi aktiva tidak berwujud. Auditor juga meminta informasi dari klien mengenai manfaat aktiva tidak berwujud di masa yang akan datang dalam memverifikasi eksistensi aktiva tidak berwujud.

Dalam pengujian atas akun rinci, auditor melakukan: mempelajari notulen rapat direksi, perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen lain yang membuktikan eksistensi aktiva tidak berwujud, meminta informasi dari klien atau sumber lain mengenai manfaat aktiva berwujud bagi klien di masa yang akan datang, melakukan inspeksi dan pemeriksaan atas surat perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen yang menunjukkan hak pemilikan klien atas aktiva tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud disajikan di neraca pada nilainya yang merupakan selisih cost dikurangi dengan amortisasi aktiva tidak berwujud. Untuk memverifikasi penilaian aktiva tidak berwujud, auditor melakukan verifikasi atas dokumen yang mendukung transaksi pemerolehan dan transaksi amortisasi aktiva tidak berwujud.
Dalam memverifikasi penyajian dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di neraca, auditor membandingkan penyajian aktiva tidak berwujud di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum. Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor dengan memeriksa klasifikasi aktiva tidak berwujud di neraca dan memeriksa kecukupan pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud yang memiliki umur ekonomis terbatas disajikan di neraca pada nilai buku yang merupakan selisih cost aktiva tidak berwujud dengan akumulasi amortisasinya.

Sumber Buku Auditing 1b Karya Salam Mannan


Tidak ada komentar: